Meskipun pandemi COVID 19 di Indonesia nampaknya belum berakhir, namun sebagai Sebuah BUMN tentunya Garuda Indonesia Juga harus mulai mempersiapkan skenario yang akan dijalankan apabila krisis ini berlalu.

Menteri BUMN Eric Thohir dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI beberapa waktu sebelum pengucuran dana talangan dari Pemerintah sudah menjelaskan bahwa akan menutup 6 anak Perusahaan Garuda Indonesia. Ini merupakan langkah konkrit melakukan efesiensi di dalam Garuda Indonesia khusus nya menghadapi dampak COVID 19.
Sebelum adanya krisis Akibat Pandemi COVID 19 sebenarnya Garuda Indonesia Group sudah menghadapi masalah dengan sejumlah anak Perusahaan yang kinerja nya buruk Dan membebani Garuda Indonesia. Bisa dikatakan dari sejumlah anak perusahaan Garuda Indonesia Group hanya Citilink dan GMF Aeroasia yang mampu menyumbang pemasukan secara signifikan.

Dengan pandemi COVID 19 ini cash flow Garuda Indonesia semakin berdarah darah. Perlu diperhatikan pula Ada hutang sebesar USD 500 Juta jatuh tempo bulan Mei – Juni ,meskipun akan diadakan renegosiasi penjadwalan kembali Dan mendapatkan suntikan dana talangan dari Pemerintah namun tetap membawa dampak negatif juga karena dana talangan tetap bersifat hutang yang menjadi beban usaha perusahaan. Belum lagi hutang – hutang operasional kepada pihak ketiga terutama pada otoritas bandara di luar negeri. Melihat realitas ini maka Garuda Indonesia Group harus melakukan perubahan paradigma selain menjalankan langkah langkah efisiensi ketat.

Garuda Indonesia Group harus kembali pada core Business nya yaitu sebagai Maskapai Flag Carrier Indonesia. Anak perusahaan yang dibutuhkan hanya GMF Aeroasia Dan ACS Catering selebihnya Akan lebih baik dilepas / dijual / ditutup. Fokus pada beberapa rute Internasional yang menguntungkan atau Paling tidak mempunyai dampak secara Hubungan luar negeri yang tidak bisa ditawar. Selain itu fungsi Kan beberapa armada sebagai pesawat kargo / Freighter murni untuk menghasilkan pemasukan lebih cepat.

Untuk Penerbangan dalam Negeri serahkan pada Citilink. Bahkan pisahkan Citilink sebagai Unit usaha BUMN yang mandiri sehingga dapat leluasa menjalankan strategi bersaing dengan tujuan menghasilkan pemasukan bagi Pemerintah.

Untuk menjalankan fungsi pelayanan terhadap Masyarakat, bisa di buka alternative menghidupkan kembali PT Merpati Nusantara yg khusus berfungsi sebagai jembatan udara Antar Wilayah Dan Penerbangan Sipil perintis. Disini Merpati Nusantara hanya boleh mengoperasikan rute2 pendek atau rute perintis dalam satu kepulauan saja. Gunakan produk pesawat Propeller dalam Negeri yaitu Pesawat N219 dari PT Dirgantara Indonesia guna mendorong Dan membantu perkembangan Industri strategis Indonesia. N-219 Nurtanio merupakan pesawat penumpang dan serba guna yang dikembangkan oleh PT. Dirgantara Indonesia (PTDI). Spesifikasi dasar mencakup kapasitas 19 penumpang dan dua mesin turboprop produksi Pratt and Whitney PT6A–42, masing-masing bertenaga 850 shp. Pesawat ini mampu terbang dan mendarat di landasan pendek sehingga mudah beroperasi di daerah-daerah terpencil. Pesawat ini memiliki MTOW 7270 Kg Dan muatan maksimal 2,5 Ton. Transisi Penerbang / Cockpit Crew akan lebih mudah dan murah karena simulator juga bisa dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia sendiri.
Selain itu secara Operasionalnya nanti Merpati Nusantara juga bisa melibatkan Pemda setempat, tentunya disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan.

Dengan adanya perombakan dan perubahan strategis ini diharapkan Garuda Indonesia Group akan tetap bisa bertahan bahkan memperbaiki cash flow secara perlahan namun pasti. Hal ini tentunya membutuhkan dukungan dari seluruh stake holders Penerbangan Sipil Nasional. Pemerintah mempermudah segala Proses regulasi serta dukungan politis. Secara Internal Di tubuh Garuda Indonesia Group juga harus legawa menjalankan segala langkah konkrit dengan konsisten. Tidak mudah itu jelas, Kerja keras itu pasti namun semuanya itu demi tetap berkibarnya Merah Putih di Angkasa Indonesia.

Antonius Lisliyanto, SE, MM, CDS, CRA
Tenaga Ahli Anggota DPR RI A 251 Fraksi PDI Perjuangan, Partners Pacific Aviation Consultant Dan Dosen Pengajar Trisakti School Of Management